.feed-links {display:none !important;}
Subscribe to this Blog via Email :
expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Chat

"SELAMAT DATANG DI BLOG ORANG TAMPAN!!!!"
"BERANI, BENAR, TEPAT, AKURAT, DAN DI PERCAYA !!!!"

PERSURA

PERSURA
PERAYAAN NATAL DAN PELANTIKAN PANITIA PERSURA DPC MEDAN HELVETIA

ANIES - MUHAIMIN

ANIES - MUHAIMIN
ANIES - MUHAIMIN

PRABOWO - GIBRAN

PRABOWO - GIBRAN
PRABOWO - GIBRAN

GANJAR - MAHFUD

GANJAR - MAHFUD
GANJAR - MAHFUD

Saturday, July 11, 2020

UPAYA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA


UPAYA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA


1. Kekosongan kekuasaan.
  Jepang terjun sebagai negara imperialis mengikuti jejak bangsa-bangsa barat. Keberhasilan Jepang menghancurkan pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii menyebabkan ruang gerak pasukan jepang bertambah leluasa. Gerakan pasukan jepang mengkhawatirkan kedudukan bangsa-bangsa Eropa di kawasan asia tenggara dan pasifik.
  Dalam upaya menghadapi gerakan bangsa jepang, negara-negara barat membentuk satu pasukan gabungan yang dikenal dengan sebutan Front ABCD (Amerika Serikat, British/Inggris, China, Dutch/Belanda). Namun, kedudukan Front ABCD berhasil di desak oleh pasukan jepang. Pasukan Jepang terus berupaya untuk menghancurkan wilayah pertahanan dari Front ABCD. Namun, pada pertempuran yang terjadi di Laut Karang tanggal 7 Mei 1945 pasukan Jepang mengalami kekalahan yang luar biasa dari pasukan gabungan Front ABCD tersebut.
  Sejak Kekalahan dalam pertempuran di Laut Karang itu, posisi pasukan Jepang di Asia Pasifik juga semaki terdesak. Pasukan Amerika Serikat melakukan serangan ke pusat-pusat industri milik Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki. Pada tanggal 6 agustus 1945 giliran Kota Hiroshima  di jatuhi bom atom oleh Amerika Serikat dan tanggal 9 Agustus 1945 Kota Nagasaki.
   Hancurnya kedua Kota andalan Jepang itu membuat Jepang tidak berdaya lagi dan kemudian menyerah tanpa syarat kepada pasukan sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Menyerahnya pasukan jepang kepada sekutu mengakibatkan terjadinya kekosongan kekuasaan di wilayah Indonesia, karena pasukan sekutu yang ditugaskan untuk menerima kekuasaan wilayah Indonesia dari tangan Jepang belum tiba di Indonesia.Sementara itu, pemerintahan pendudukan Jepang di wilayah Indonesia sudah tidak menjalankan perannya lagi sebagai peenguasa wilayah Indonesia, sejak tanggal 14 Agustus 1945.
   Keadaan ini merupakan peluang yang sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan Kemerdekaannya. Para pemuda yang telah mendengar berita tentang kekalahan pasukan jepang dari pasukan Sekutu merasa kebingungan, karena para pemimpin bangsa Indonesia yang sangat diharapkan seperti Bung Karno dan Bung Hatta sedang berada di Saigon (Vietnam) untuk memenuhi panggilan Pasukan Jepang untuk wilayah Asia Tenggara yaitu Marsekal Terauchi. Mereka baru kembali ke Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1945 dan menemukan Indonesia tanpa memiliki Pemerintahan.

2. Kegiatan Pemuda Pejuang di Jakarta
  Peran para pemuda merupakan suatu kekuatan yang diandalkan untuk mendukung tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka terlibat dalam pembentukan organisasi semimiliter dan militer. Organisasi ini termasuk organisasi resmi karena dilakukan atas perintah dari pemerintah pendudukan Jepang. Namun, ada juga sebagian dari kalangan pemuda bergerak pada organisasi-organisasi bawah tanah atau organisasi-organisasi ilegal.
  Pada masa pendudukan Jepang, berbagai organisasi dibentuk untuk menampung kalangan pemuda Indonesia. Organisasi-organisasi bentukan Jepang diantaranya Seinendan, Keibodan, Fujinkai, dan Gokutotai. Organisasi itu tidak mampu bergerak keluar dari batas-batas objek propaganda pemerintah Jepang. Namun, keadaan seperti ini tidak berlangsung lama karena pada pertengahan tahun 1944 atas inisiatif pemerintah pendudukan Jepang berdiri sebuah organisasi untuk para pemuda yang bernama Angkatan Muda Indonesia (AMI). Dalam perkembangan berikutnya, organisasai AMI itu merupakan sebuah organisasi yang sangat anti kepada pemerintah penjajahan Jepang.
  Ketika AMI menyelenggarakan kongres pemuda, banyak hadir utusan-utusan dari berbagai kalangan organisasi pemuda. Mereka mewakili organisasi-organisasi pemuda,pelajar,mahasiswa dari seluruh wilayah jawa. Tokoh-tokoh pemuda yang hadir diantaranya Jamal Ali, Chaerul Saleh, Anwar Tjokroaminoto, Harsono Tjokroaminoto serta sejumlah mahasiswa Sekolah Kedokteran (Ika Daigoku) Jakarta. Mereka sepakat bahwa prokalamasi kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari pemerintahan Jepang, melainkan merupakan usaha dan perjuangan dari seluruh rakyat Indonesia.
   Pada Kongres AMI dinyanyikan lagu Indonesia Raya yang diikuti pengibaran bendera Merah Putih. Lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, tidak mereka nyanyikan dan bendera Jepang, Hinomaru, pun tidak dikibarkan. Sementara itu, terdapat kelompok pemuda yang merasa tidak puas terhadap penyelenggaraan Kongres AMI, Karena itu masih berada di bawah lindungan dan kerja sama dengan pemerintah Jepang. Di antara kalangan pemuda yang merasa tidak puas itu berasal dari kelompok pemuda Sukarni, Anwar Tjokroaminoto, dan Chaerul Saleh. Kelompok-kelompok pemuda itu mengancam akan mengadakan kongres lain yang lebih radikal dan terbebas dari segala bentuk pengaruh pemerintah Jepang.
  Pada tanggal 15 Juni 1945,  sekelompok kalangan pemuda mendirikan sebuah organisasi pergerakan yang diberi nama Gerakan Angkatan Baru Indonesia. Organisasi itu berpusat di Markas Pemuda Menteng 31 Jakarta. Ketua organisasinya adalah B.M. Diah dengan anggota-anggotanya antara lain kelompok pemuda Sukarni, Chaerul Saleh, Syarif Thayeb, Wikana, Supeno, Asmara Hadi, P. Gultom.
  Untuk mempercepat terciptanya kemerdekaan, muncul kelompok pemuda yang radikal. Kelompok pemuda radikal itu tergabung dalam organisasi pemuda Gerakan Rakyat Baru, sebagai hasil sidang ke-8 Chuo Sangi In. Ketika terjadi Perang Pasifik, Jepang menggabungkan organisasi kepemudaan untuk memperoleh dukungan dari kalangan pemuda. Jepang berharap agar para pemuda memberikan bantuan kepada Jepang untuk memenangkan peperangan. Penggabungan itu menjadi pemicu keluarnya kelompok pemuda radikal dari organisasi pemuda. Sejak saat itu muncul perselisihan yang tajam antara golongan tua dengan golongan muda, khususnya untuk merealisasikan negara Indonesia merdeka. Kelompok pemuda yang ingin mempercepat tercapainya proklamasi kemerdekaan Indonesia diantaranya Sukarni, kelompok pelajar dan mahasiswa, kelompok syahrir, kelompok Angkatan Laut (Kaigun).
   Kelompok Sukarni ingin membentuk aksi massa dan menjalin hubungan kerja sama dengan organisasi ilegal seperti kelompok pelajar dan mahasiswa yang berpusat di Jalan Prapatan 10 dan Jalan Cikini 17 yang dipimpin oleh Johan Nur. Kelompok itu berhasil menyatukan pelajar dan mahasiswa dalam suatu gerakan untuk menumbuhkan semangat perjuangan dalam upaya meraih kemerdekaan. Kelompok itu juga menyelenggarakan rapat-rapat besar yang di hadiri oleh pelajar dan mahasiswa seluruh Jakarta. Kelompok Sukarni juga bekerjasama dengan kelompok Syahrir dalam masalah perkembangan politik luar negeri yang berkaitan dengan proses kekalahan Jepang. Setelah mendengar berita kekalahan Jepang dari pasukan Sekutu melalui siaran Raddio BBC (British Broadcasting Corporation/ siaran radio Inggris), kelompok Sjahrir langsung menghadap Soekarno-Hatta. Mereka menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepat mungkin.
    Kelompok Kaigun dengan tokohnya Mr. Ahmad Subardjo dan Sudiro berpusat di Jalan Bungur Besar, Jakarta. Mereka mendirikan asrama pemuda Angkatan Laut untuk mendidik para pemuda menjadi tenaga penggerak proklamasi. Tokoh-tokoh yang memberikan pelajaran di asrama itu antara lain Soekarno, Hatta, Iwa Kusumasumantri, dan guru-guru dari kalangan Kaigun. Di samping itu masih terdapat asrama pemuda dan pelajar seperti Asrama di Kramat 45, Kebon Sirih 80, dan Pegangsaan Timur 17.

3. Perbedaan Pendapat di antara Kelompok Pejuang
  Pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 08.00 malam. Para pemuda berkumpul di ruang belakang Laboratorium Bakteriologi, Jalan Pegangsaan Timur No. 13 Jakarta dibawah pimpinan Chaerul Saleh. Para pemuda bersepakat bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia yang tidak bergantung kepada bangsa atau negara lainnya.
  Dengan segala macam bukti dan logika, Bung Karno menolak pandangan golongan pemuda. Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonnesia Harus dilaksanakan melalui revolusi yang terorganisasi. Golongan tua cenderung ingin membicarakan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang ditentukan tanggal 18 Agustus 1945 dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sebaliknya, Drs. Moh Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia, baik datangnya dari pemerintah Jepang atau hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri, tidak perlu di persoalkan karena mereka berpandangan bahwa Jepang sudah kalah dalam Perang Pasifik. Menurut keduanya, yang perlu di hadapi adalah pasukan Sekutu yang berusaha untuk mengembalikan kekuasaan Belanda atas wilayah Indonesia. Pendapat itu tidak mendapat tanggapan dari golongan pemuda, dan mereka tetap pada prinsipnya semula sehingga terjadilah perbedaan pendapat mengenai masalah kemerdekaan antara golongan tua dan golongan muda.

4.Peristiwa Rengasdengklok
  Perbedaan pendapat mengenai cara melepaskan diri dari Jepang mendorong para pemuda untuk membawa Soekarno-Hatta (golongan tua) ke Rengasdengklok (sebuah kota Kawedanan disebelah timur Jakarta) tanggal 16 Agustus 1945, agar jauh dari pengaruh pemerintah pendudukan Jepang. Rengasdengklok dipilih karena berada jauh dari jalan raya utama Jakarta - Cirebon. Di samping itu mereka dengan mudah dapat mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
  Soekarno dan Hatta berada di Rengasdengklok sehari penuh, dengan menempati rumah milik warga masyarakat Tionghoa yang bernama Jo Ki Song. Para pemuda berupaya menekan kedua pemimpin bangsa Indonesia itu agar cepat-cepat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan tentara Jepang. Namun upayanya tidak dapat dilaksanakan. Sementara itu, melalui pembicaraan Sudancho Singgih, Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah kembali ke Jakarta. berdasarkan pernyataan Soekarno itu, maka pada tengah hari Sudancho Singgih kembali ke Jakarta untuk menyampaikan berita proklamasi kemerdekaan yang akan disampaikan oleh Soekarno kepada kawan-kawannya dan para pemimpin pemuda.
  Saat itu , di Jakarta sedang terjadi perundingan antara Ahmad Subardjo (mewakili golongan tua) dengan Wikana (mewakili golongan muda). Dari perundingan itu tercapai kata sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Laksamana Tadashi Maeda mengizinkan rumah kediamannya dijadikan sebagai tempat perundingan dan bahkan dia bersedia menjamain keselamatan para pemimpin bangsa Indonesia itu. Berdasarkan kesepakatan antara golongan pemuda dan Laksamana Tadashi Maeda itu, Maka Jusuf Kunto bersedia mengantarkan Ahmad Subardjo dan sekretaris pribadinya yaitu Sayuti Melik pergi menjemput Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sebelum berangkat ke Rengasdengklok, Ahmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. dengan jaminan itu, komandan kompi Sudancho Subeno bersedia melepas Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta berserta rombongan kembali ke Jakarta. Rombongan tersebut tiba di Jakarta pukul 17.30 WIB.


(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});